Alhamdulillah saya bisa merasakan suasana Hari Raya Iedul Fitri 1431 H, begitupun umat muslim yang merayakan dengan gembira penuh suka cita. Pada lebaran tahun ini tidak jauh bedanya dengan lebaran tahun-tahun sebelumnya. Saya merayakan dengan keluarga tercinta, Bapak, Ibu, Aa, Teteh, dan keluarga besar lainnya. Hari pertama dimulai dengan sholat ied di masjid terdekat, setelah pulang dari masjid keluarga saya berkumpul sejenak diruang tamu untuk saling memaafkan, keluarga saya selalu melakukan sungkeman ketika pulang dari masjid. Suasana ketika sungkeman membuat saya tidak bisa menahan air mata. Setelah sungkeman pun selesai, kami bersilahturahmi dengan tetangga-tetangga sekitar dilanjutkan bersilahturahmi ke keluarga besar bapak. Rumah kakek letaknya tidak jauh dari rumah, jaraknya hanya dibatasi tiga rumah saja. Semua keluarga berkumpul dirumah itu, kami merayakan hari raya tanpa kakek dan nenek. Sama halnya seperti dirumah, kami pun melakukan sungkeman. Suasana haru sangat terasa saat bersungkeman. Setelah itu, tradisi kami yang pasti sangat dinanti oleh saya dan keponakan-keponakan adalah pembagian Tunjangan Hari Raya (THR). Suasana haru langsung berubah dengan senyuman bahagia :)Saya sangat senang melihat kekompakkan keluarga dalam hal ini, pada saat pembagian THR, suasana terasa ramai dan penuh canda tawa. Tidak hanya yang muda saja yang ikut mengantri THR tapi orang tua pun ikut mengantri untuk meramaikan suasana. Walaupun nilainnya tidak seberapa, tapi keceriaan pada saat itu sangat berharga bagi kami semua. Selain pembagian THR, kami juga mengadakan saweran untuk semua keluarga, permen yang dibungkus oleh uang kertas dua ribu rupiah dan uang logam yang menjadi sawerannya. Ada juga bonus sawerannya :D Tapi sayang, saya hanya mendapatkan dua buah uang logam lima ratus rupiah :( Tapi acara tersebut membuat saya dan keluarga sangat bahagia. Saya terus-terusan tertawa melihat tingkah laku para orang tua yang konyol. Pada saat saweran, yang lebih bersemengat adalah para orang tua dibandingkan anak kecil. Orang-orang berebut saweran sambil tertawa melihat wajah-wajah orang lain yang sedang berburu juga.
Setelah merasa lelah, kami pun bergegas menyerbu ruang makan untuk menyantap hidangan yang sudah disediakan. Wangi opor ayam sudah tercium, saya pun mengantri untuk mencicipi makanannya. Makanan khas dari keluarga ini yaitu 'rujak'. Para tetangga dan tamu yang berkunjung selalu menanyakan rujak dan ingin mencicipinya.
Setelah bercengkrama dengan keluarga, keluarga saya berpamitan sebentar untuk pergi ke rumah mimih bersilahturahmi dengan keluarga ibu. Rumah mimih tidak begitu jauh dari rumah, karena itu keluarga saya tidak pernah merasakan yang namanya 'mudik' di hari raya. Sesampainya di rumah mimih, kami langsung bersilahturahmi dengan keluarga disana, yang kebetulan sudah mengumpul sebagian. Biasanya pada saat lebaran pertama, saya dan keluarga meluangkan waktu lebih banyak di keluarga ba
Hari lebaran kedua, sudah menjadi rutinitas keluarga saya untuk menghadiri silahturahmi keluarga besar Prawiraatmadja di Soreang. Hari lebaran kedua ini, saya dan keluarga meluangkan waktu lebih banyak untuk keluarga ibu. Kami biasanya berkumpul dirumah Nin Pipih untuk bersilaturahmi dengan semua keluarga. Orang-orang yan




Tidak ada komentar:
Posting Komentar